REVIEW FILM FIVE METER APART
Film ini recommended. Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dari filmnya. Ini kali pertamaku, menonton film dengan genre ini. Ternyata alhasil bisa mencuri hatiku dan membuatku menangis.
Film ini mengisahkan seorang wanita muda yang bernama Stella, mengidap suatu penyakit kronis, dia dirawat di rumah sakit selama bertahun-tahun sebagai percobaan regimentasi pengobatan dari rumah sakit tersebut. Wanita kuat dan tangguh, tetap berjuang melawan penyakitnya dan mengharap adanya suatu keajaiban. Pemeran lainnya, sebut saja Will. Akibat penyakit yang mereka derita, Stella dan Will harus menjaga jarak agar tidak tertular dengan bakteri tersebut (1,6 meter). Dari situ mereka sering berkomunikasi sejak perkenalan pertama mereka. Stella meyakinkan Will bahwa masih ada harapan untuk bisa sembuh dengan jalan wanita ini membantu Will untuk patuh dalam pengobatan misalnya minum obat teratur dan melakukan beberapa aktivitas yang membuat mereka merasa hidup seperti orang normal diluar sana.
Mereka menghabiskan waktu bersama. Pada suatu ketika, tiba hari ultahnya Will. Stella yang sebelumnya telah kencan dengan Will dan sudah saling menyatakan perasaan mereka, Stella membuat kejutan untuk sang pacar. Betapa terharunya sang pacar waktu itu. Stella melibatkan teman-teman dari Will untuk celebrate his birthday. Betapa beruntungnya! Keesokan harinya, sahabat Stella tiba-tiba meninggal dunia di ruang rawat inapnya, ini membuatnya shock, terlebih si Will. Emosi keduanya tak tertahankan. Ketika itu Will berniat untuk pergi dari rumah sakit. Stella melampiaskan emosinya dengan mengobrak-abrik kamarnya. Dia masih tidak menerima keadaan dan kenyataan bahwa sahabat kecilnya meninggal terkujur kaku badannya di lantai itu.
Stella pada malam itu, berniat untuk pergi mencari udara segar dan ingin melihat lampu untuk melepaskan penat dalam benaknya. Diajaknya Will, yang ia lihat di suatu ruang tunggu. Malam itu dingin, salju turun, tidak menghambat niat mereka berdua untuk berjalan-jalan diluar. Stella bilang bahwa hidup ini hanya sekali, aku ingin menikmati waktu ku jalan-jalan. Lalu, Will menemaninya. Mereka sampai pada titik tujuan mereka, titik puncak dimana mereka bisa melihat sekitaran dengan lampu-lampu yang indah. Mereka bermain salju dan tidur di salju.
Saat itu, lain halnya yang terjadi di rumah sakit, ada kabar baru dan baik bagi Stella bahwa dia mendapat donor paru yang bisa menyelamatkan hidup dia. Keluarga dan beberapa pihak rumah sakit sibuk mencari keberadaan Stella yang tidak kunjung hadir. Ibunya Will juga berada disitu dan berusaha menghubuni Will. Saat itu, Stella dan Will meninkmati waktu mereka bersama, merenungkan apa yang telah terjadi, menenangkan pikiran dan menerima apa yang menimpa mereka. Terutama Stella yang dihantui rasa bersalah terkait kematian kakaknya, Abby yang terbilang mengenaskan. Mereka melanjutkan obrolan tentang masa depan dan bermain ice ski. Hingga seseorang menghubungi Will dan memberi kabar bahwa Stella sudah mendapat donor paru dan menyegerakan balik ke rumah sakit. Will bersikeras untuk membawa Stella. Tetapi Stella tidak ingin karena dia menganggap bahwa setelah operasi itu jika berhasil, dia hanya bisa bertahan selama 5 tahun, dan dia masih ragu bahwa operasi itu akan berjalan lancar atau tidak.
Tiba-tiba Stella terjatuh di atas es. Retak es itu dan Stella masuk ke dalamnya. Tanpa pikir panjang, Will menolongnya, akhirnya bisa meraih tangannya dan Will mengeluarkan nya ke tepian. Will tahu bahwa penyakit yang dia derita akan menular melewati ludah dan partikel udara. Tetapi, saat itu tidak ada pilihan lain. Akhirnya Will mengambil keputusan untuk memberikan nafas buatan kepada Stella. Akhirnya, Stella dapat bertahan dan saat itu aku mengira bahwa Will akan mati, ternyata hanya pingsan saja.
Akhirnya, mereka ditemukan dan segera di bawa rumah sakit. Atas permintaan Will, Stella menerima tranplantasi paru-paru itu. Selang beberapa jam menunggu, operasi yang memakan waktu lama itu berhasil. Betapa bersyukurnya dan bahagianya keluarga Stella dan begitupun dengan Will. Will adalah seorang yang gemar draw sketch. Will biasanya menggambarkan perasaannya melalui gambar dan mengirimkannya ke kamar Stella. Tapi kali ini, dia menggambarnya dalam sebuah buku, seperti buku cerita tetapi hanya berisi gambar. Karena, saat mereka bermain salju sebelumnya, Stella tidak melihat lampu yang ia inginkan, Will punya rencana lain untuk membuat kejutan ketika Stella sudah siuman. Dibuatlah lampu-lampu kecil yang banyak di luar ruangan yang dibantu dengan keluarga dan pihak rumah sakit. Itu hal paling romantis dan sedih juga. Disitu, Will mencurahkan isi hatinya kembali, dia ingin yang terbaik untuk Stella dan selalu mencintai Stella. Stella menangis dan tidak ingin Will pergi. Tapi, Will memutuskan untuk pergi. Dokter pun mengatakan bahwa regimen pengobatan yang selama ini dilakukan oleh Will tidak bekerja dan tidak sesuai ekspektasi.
Dan... ini meninggalkan sejuta kenangan diantara mereka. Bagaimana mereka bisa bertahan dan saling mensupport satu sama lain bahwa kehidupan itu harus dinikmati dan selalu berharap bahwa disemua masalah yang mereka hadapi suatu saat pasti akan ada keajaiban. Saya sebagai penonton, hanyut dalam rumitnya kehidupan mereka. Beruntungnya saya yang masih diberikan kesehatan dan bisa menjalani keseharian sehari-hari. Tidak seperti pemeran dalam film. Kita harus bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang. Mencintai seseorang dengan tulus dan penuh perjuangan walaupun banyak gap disitu. Stella bilang dalam kutipannya, saya mencintai dia tapi tidak bisa menyentuhnya. Sedih. Tapi dari situ kita belajar makna kehidupan, ternyata masih banyak orang yang lebih dibawah kehidupannya dari pada kita. Hidup ini berarti everysecon dan pastinya dari karakter Stella bahwa kita tidak boleh menyerah bagaimanapun keadaannya dan tidak berhenti berprestasi dan melakukan hal positif. Tapi harus diimbangi dengan usaha juga. Tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama seperti kita, jadi jangan membuang waktu dengan hal yang menyakitkan, tapi gunakan waktu semaksimal mungkin dengan menciptakan kebahagiaan dimanapun dan nikmati tiap detiknya. Seperti kata seorang temanku, "Nikmati hidup seperti hembusan nafas". Dalam hidup memang harus ada yang direlakan dan dikorbankan. Memiliki orang yang berarti bagi kita, harus tetap di jaga.
Teori cinta menurut Sternberg, kita sebut Triangular Theory of Love. Sternberg sudah meneliti korelasi antara cinta dan pernikahan, cinta dengan emosi, passion dan komitmen yang digambarkan dalam segitiga.
Poin hari ini :
“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah selalu bersama kita” " (QS At Taubah : 40)
Ketika menghadapi suatu cobaan atau ujian yang menimpa diri kita, kita tidak perlu bersedih hati, karena kita harus tahu bahwa kebahagiaan dan kesedihan kadang memang datang siih berganti tergantung bagaimana cara kita menghadapi dan menyikapinya serta mengambil pelajaran dan hikmah darinya. Perlu diketahui bahwa, kembalikan segalanya pada sang pencipta bahwa segala yang terjadi adalah ketetapan yang terbaik dari Nya ya Rabb :)
0 Response to "REVIEW FILM FIVE METER APART"
Posting Komentar