SELEKSI KEKASIH SEJATI

"Jangan pernah meniru mereka yang berusaha menggelar pameran glamor untuk mengumumkan kesucian cinta. Bukan mahalnya biaya cinta yang melanggengkan kebersamaanmu dengannya, tetapi kesederhanaan yang ikhlas dari hatimu untuk setia kepada janji sakral yang kau ucap di depan penghulu. Itulah yang mengabadikan cintamu." -Ahmad Rifa'i Rif'an-

Paling tidak ada empat tengokan yang sangat dirindu oleh lelaki saleh ketika shalat. Saat tegak berdiri, tengok ke tempat sujud sebagai pengingat diri yang hina. Usai tahiyat akhir, tengok kanan sampaikan salam ke Raqib. Lalu tengok kiri bersalam ke Atid. Terkahir? Tengok ke belakang, karena sang istri telah menunggu juluran tangan sang suami untuk diciumnya. 

Hidup sekali, maka hiduplah bersama dengan kekasih sejati. Karena sekali salah pilih kekasih, bukan hanya kebahagiaan dunia yang terenggut, tapi kebahagiaan akhirat bisa-bisa juga kabur. Silahkan amati rumah tangga yang berisi kisah miris, hari-harinya penuh tangis. Padahal dulunya sangat romantis. 

Kekasih sejati, kekasih yang menjadi pelipur gundahnya hati. Kasih yang senantiasa mencinta tanpa henti. Kekasih yang rela menjadi teman dari hidup sampai mati. Mungkin ada yang tanya, emang ada ya kekasih yang bisa jadi teman dari hidup sampai mati? Atau itu hanya ada dalam kisah dongeng cengeng anak muda yang lagi dilanda romantisme cinta? 

Kawan, Tuhan mencipta semua makhlukNya secara berpasang-pasangan. Siang beriring malam. Langit berpasang bumi. Pria bersama wanita. Setiap manusia sudah disertakan jodohnya masing-masing. Dan hebatnya, jodoh itu tak hanya dimungkinkan bersama tatkala di dunia, tapi juga memiliki kemungkinan untuk bersama di alam abadi-Nya. Jadi dalam agama ada yang namanya kekasih sehidup semati. Kekasih yang didunia mendampingi, di akhirat juga menemani. 

Untuk yang menunda nikah hanya karena terbebani hasrat untuk memewahkan walimah, jangan pernah meniru mereka yang berusaha menggelar pameran glamor untuk mengumumkan kesucian cinta. Bukan mahalnya biaya cinta yang melanggengkan kebersamaanmu dengannya, tetapi kesederhanaan yang ikhlas dari hatimu untuk setia kepada janji sakral yang kau ucap di depan penghulu. Itulah yang akan menentukan masa depan rumah tanggamu. 

Agama pun tak pernah menjadikan mahalnya biaya pernikahan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pasangan kekasih. Islam bahkan sangat memudahkan para pemeluknya agar mereka bisa menyegerakan tercapainya separuh agama. 

Ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah. Suatu hari seorang sahabat berkata kepada Rasul, "wahai Rasulullah kawinkanlah aku dengannya" ucap sahabat itu sambil menunjuk kepada salah seorang wanita yang juga berada satu majelis dengan mereka. Rasulullah bertanya, "Apakah kamu memiliki sesuatu?" Sahabat itu menjawab. "Tidak ya Rasulullah!" Rasulullah lantas berkata, "Pulanglah ke keluargamu dan lihatlah apakah kamu mendapatkan sesuatu?"

Pulanglah sahabat itu, lalu kembali lagi dan berkata, "Demi Allah, aku tidak mendapatkan sesuatu di rumah." Rasulullah saw., bersabda, "Cari lagi walaupun hanya sebuah cincin besi." Lalu sahabat itu pulang dan kembali lagi seraya berkata, "Demi Allah tidak ada wahai Rasulullah, walaupun sebuah cincin dari besi, kecuali kain sarung milikku ini."

Rasulullah lantas bertanya, "Apakah kamu bisa membaca Al-Qur'an?" "Saya bisa membaca surah ini dan surah ini, ya Rasul," jawab sahabat itu sambil menyebutkan nama surah-surah yang bisa dibacanya satu per satu. Rasulullah bertanya lagi, "Apakah kamu menghafalnya?" Sahabat itu menjawab, "Ya!" Lalu Rasulullah bersabda, "Nikahilah wanita itu dengan mahar mengajarkan surah Al-Qur'an yang kamu hafal."

Begitulah Islam, tak pernah mempersulit umatnya. Termasuk dalam hal pernikahan. Nikah adalah perjanjian antara dua makhluk lain jenis yang sangat disakralkan. Jika bisa, jadikan pernikahan itu abadi hingga mati. Pilih kekasih yang bisa menjadi pendamping terbaik sampai ajal menghampiri. Suami istri hidup bagaiman dua sayap rajawali. Keduanya harus berkibas seiring dan seirama. Keduanya juga tak boleh berat sebelah. Jika sudah demikian, yakinlah, rumah tangga pun bisa terbang mengangkasan, menuju puncak bahagia. 

Adakah cara untuk memilih kekasih terbaik? Yang pertama, perbaiki diri, Ketika kau mendamba hadirnya kekasih saleh sedang kau sendiri tak kunjung mensalehkan diri, itulah kezaliman. Karena lelaki saleh pantasnya berdampingan dengan wanita salehah. Kebaikan pantasnya bersandingan dengan kebaikan. Dekatkan jodoh yang mulia dengan akhlah muliamu. Rekatkan kekasih yang indah dengan sifat indahmu. 

Mau jodoh yang pemurah? Dermawanlah. Mau yang pinter? Belajarlah. Mau yang salehah? Salehkan diri. Mau yang santun? Ramahlah. Mau yang sabar? sabarkan diri. Mau yang ikhlas? Belajarlah ikhlas. Mau seperti Fatimah? Usahakan diri sekualitas Ali. Mau sebaik istri Rasul? Teladani sifat Rasul. Ingin yang seperti bidadari surga? Jadikan diri sekualitas ahli surga. 

Mari bersama kita berdoa, "Tuhan, jika jodoh kami jauh, semoga Engkau dekatkan, jika dekat semoga Engkau rekatkan. Jika ragu semoga Engkau yakinkan, jika salah semoga Engkau luruskan."
Lalu kapan waktu yang tepat untuk menikah? Kalau bisa, menikahlah pada waktu yang cepat dan di saat yang tepat. Suatu hari ada seorang anak muda itu yang ditanya oleh ayahnya. "Umurmu baru 24, kenapa kok kamu buru-buru nikah sih, Nak?" Anak muda itu kemudian menjawab, "Pak, aku belum tahu apakah umurku ntar nyampe 25 tahun. Nikah itu kan penyempurna agama. Pak, kutakut banget ngadep Tuhanku tapi agamaku masih separuh."

Sang Bapak bertanya lagi, "Bukankah banyak ulama lampau yang nunda nikah agar bisa fokus dulu nimba ilmu?" Sang anak menjawab, "Awalnya aku juga mikir seperti itu, Pak. Tapi ketika kubaca buku-buku ulama itu, ternyata aku gak nemuin apa alasan beliau sehingga menunda nikah. Karena fokus nutut ilmu atau ada hal lain yang jadi alasan. Maka ku lebih tertarik meniru Rasul dan para sahabat beliau yang saleh. Mereka nikah mudah tapi tetap jadi pembelajar yang hebat. Ali sang pintu ilmu nikah di usia belasan. Qardhawi, At-Thantawi, serta banyak ulama besar abad ini nikah di usia muda tapi karyanya berlimpah." Sang Bapak pun berkata, "Iya juga ya, nak". 
Hahaha

Pernah ku mencintai seorang karena parasnya indah. Hatiku lantas mengadu, "Hei, itu cinta atau nafsu?"
Pernah ku mengasihi seseorang karena cerdasnya. Jiwaku lantas bertanya, " Hei, itu kasih atau ambisi?"
Terkahir, ku menyukai seseorang karena akhlak dan agamanya. Yang kudapat adalah seseorang yang indah akhlaknya, baik agamanya, teduh parasnya, brilian otaknya.
Carilah yang baik agamanya, maka akan kau dapatkan semuanya. 

Amin amin ya Rabb... 

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "SELEKSI KEKASIH SEJATI"

  1. Carilah yg bisa saling mengingatkan dan saling menyempurnakan di jalan ridho nya sang pencipta 👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap kak. amin amin ya Rabb.. semoga yang disemogakan lekas tersemogakan. amin ya Rabb...

      Hapus