Cinta Pertama

Locpic : Kota Tua Semarang
Taken by Syarifa

Saat saya masih duduk di bangku kuliah, perkiraan semester 2, for the first time saya membaca buku Kahlil Gibran. Saya menelan mentah-mentah kata-kata beliau tanpa tahu siapa beliau sebenarnya dan darimana asalnya. Saya masih belum merasakan manisnya cinta atau pahitnya kehidupan, tetapi puisi-puisi cinta dan prosa spiritual yang ditulis beliau mampu memukau, memikat dan mencuri perhatian saya kala itu. Mungkin puisi-puisi beliaulah yang bisa dibilang berhasil membuat saya tersentuh untuk pertama kalinya dengan sesuatu yang sangat indah dan sakral dalam diri saya. Saat saya membacanya, saya mulai merasakan perasaan hormat kepada dan keintiman bersama, Tuhan. 

Yang lebih mempesona adalah surat cinta antara Gibran dan Mary. Surat itu menjungkirbalikkan hati remaja yang mendambakan cinta sejati. Saya menghabiskan begitu banyak malam-malam masa kuliah saya dengan membaca puisi dari beliau. Saya masih ingat bagaimana Gibran menggambarkan cintanya dalam kalimat sederhana, tapi sangat elegant. 

"Pengunjukan cinta sangatlah kecil, dibandingkan dengan hal besar yang tersembunyi di baliknya"

Perasaan dan kata-kata beliau yang lembut begitu menyentuh saya. Walau saya belum pernah jatuh cinta, kata-katanya meresap dalam hati saya seolah saya merasakan pengalaman itu sendiri. 

"Apabila cinta memanggilmu, ikutilah dia. Walau jalannya terjal berliku-liku. Dan apabila sayapnya merangkulmu, pasrahlah, walau pedang yang tersembunyi di sela sayap itu melukaimu."

Saya berjanji kepada diri sendiri apabila cinta menemukan saya, saya juga akan mencurahkan segalanya demi cinta, tanpa perhitungan atau rasa takut, walau rasa sakit yang hebat mengintai di baliknya. Namun, seperti yang semua orang tahu, cinta tidak akan datang hanya karena kita menginginkannya, atau karena kita merasa sudah siap. Sebaliknya, sifat elusif sepertinya memang melekat pada cinta : Semakin keras kita berusaha untuk merengkuhnya, cinta akan terasa semakin jauh. 

Beberapa bulan kemudian, saya terbangun di suatu pagi dan menyadari cinta yang telah lama saya nanti-nantikan itu akhirnya menemukan saya. Rasanya seperti ada tamu tak diundang masuk begitu saja ke hati saya, tak peduli apakah saya mau atau siap. Memang memalukan bagi seorang seperti saya menceritakan cinta pertama saya. 

Saat cinta menemukan kita, cinta membutakan kita; semuanya selain cinta menjadi tidak penting. Pikiran kita pasti hanya berkutat pada si doi sepanjang hari dan hati kita terbuka lebar dan begitu rentan. Segala sesuatunya terlihat semakin jelas dan penuh makna. Saya merasa sangat bahagia saat memikirkan si doi, seolah saya terbang ke puncak dunia bersamanya. Tapi saat tanggal kepulangannya semakin dekat, saya juga merasakan kesedihan yang sangat tak tertahankan. Saya merasa sangat bahagia, tapi di saat yang bersamaan juga merasa sedih. 

Melihat dia pergi, saya merasakan keegoisan saya perlahan-lahan buyar. Tidak ada yang lebih penting selain dirinya. Rasanya seperti saya lenyap dari dunia dan hanya tinggal dirinya yang terasa, seakan-akan segala yang ada didunia ini berasal darinya. Itu saat saya akhirnya paham apa maksud Gibran saat dia mengatakan ada dewa tak dikenal yang memisahkannya dan Mary. 

Cinta begitu terlihat sakral dan misterius, seperti karya dewa yang jauh lebih berkuasa dan berarti daripada kami berdua. Kata-kata Gibran seakan memiliki makna yang baru. Seisi dunia tampak berbeda di mata saya. 

Yang menghentikan saya adalah ketakutan akan rasa sakit yang muncul. 

"Dan tatkala dia berbicara kepadamu, percayalah, walau ucapannya membuyarkan impianmu, laksana angin utara yang memorakporandakan kebunmu. Sebab sebagaimana cinta memahkotaimu, demikian pula dia menyalibkanmu"

Sekarang, saat saya memikirkan cinta pertama, saya tidak lagi merasa sedih. Waktu itu hati saya memang terasa sakit. Kini perasaan itu telah lenyap digantikan oleh rasa syukur. Saya bersyukur kepada cinta pertama saya, kepada Gibran dan kepada semesta yang memperkenalkan saya kepada keajaiban cinta dan kasih sayang dan perasaan yang membuat saya benar-benar hidup, dan yang telah memberitahu saya seperti apa rasanya kehilangan ego, menatap semesta dengan makna yang tak terbatas dan sekilas melihat Tuhan. 

Hati bekerja lebih lambat daripada pikiran. Pikiran tahu kita harus mengakhiri hubungan ini, tapi hati kita tidak tahu. Ini karena perasaan kita bersemayam di dalam hati. Suatu hari, setelah hari-hari kekecewaan berlalu, saat pasangan kita memberikan pukulan terakhir, cahaya itu akan redup dalam hati kita. 

Bukti kalau kita dicintai : Kita tidak akan membicarakan keburukan mantan kekasih kita bahkan setelah hubungan kita berakhir. Terkadang, setelah suatu hubungan berakhir, tanpa sadar kita berpikir, "Semoga dia bahagia," tanpa kepahitan. Ini tandanya kalau kita sudah beranjak.

Rasa sakit yang ditimbulkan satu orang bisa disembuhkan oleh orang lain. Tapi sebelum kita pergi mencari seseorang yang baru, pastikan kita memberikan waktu bagi diri kita untuk kembali utuh. Sebab jika tidak, kita hanya akan memanfaatkan orang yang baru kita temui. 

Hubungan yang luar biasa bukanlah hubungan yang berawal indah, melainkan yang berakhir indah. Hubungan seringkali dimulai tanpa disengaja, tapi saat hubungan itu harus diakhiri, kita biasanya memiliki pilihan. Pilihlah akhir dengan bijak. 

-Sekian

Bandung, 25 Oktober 2020 06.05pm.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cinta Pertama "

Posting Komentar