CINTA YANG BERLALU

Wanita itu sebut saja "A" memiliki sedikit kemampuan untuk membaur dengan teman-temannya, entah saat mendengarkan kisah-kisah mereka atau saat menungguinya menjelang detik-detik kematian yang tenang. 

Jadilah seperti air-mengalirlah
-Sylvie Nienhuies

Mereka duduk di tembok rendah menghadapi matahari terbenam. 
Lelaki itu berkata, "Aku punya waktu 6 bulan, atau 3 bulan lagi, tak ada yang tahu."
Wanita itu mengangguk, ia mengetahui bahwa sisa waktu lelaki itu hanya 1 atau 2 minggu lagi paling lama. 
Wanita itu tidak mengatakan apa pun
Hanya menyadari impian-impian si lelaki yang melayang pergi, di pinggiran realitas yang begitu sulit terjamah
Namun, ia  tahu lelaki itu telah menjamahnya. 
Namun demikian, lelaki itu tetap membiarkan mimpinya melayang di hadapannya menuju sinar matahari. 
Rambutnya tumbuh sedikit. 
Helai-helai tipis rambut halus yang menutupi kepalanya yang botak karena radiasi. 
Mata lelaki itu cekung. 
Garis-garis gelap kelelahan yang kelam mengitari rongganya. 
Namun, ia merasa damai. 
Tubuh letihnya tak lagi berjuang melawan penyakit yang tak diinginkan. 
Akhirnya, ia menerima. 
"Tapi," katanya
"Kurasa aku sudah melakukan segala hal yang ingin kulakukan."
Wanita itu menyentuh dan mengenggam tangannya 
Dan keduanya pun terdiam. 
Tak ada lagi yang tersisa untuk diucapkan selain embusan napas mereka yang membaur dalam udara sore. 
Mereka berdiri dan berjalan perlahan kembali ke panti perawatan. 
Kelemahan lelaki itu membuatnya bersandar pada tubuh kuat si perempuan.

Ketika wanita itu datang keesokan harinya
Si lelaki tak bisa lagi berbicara kepadanya.
Pada malam hari, 
Ia terjatuh ke dalam koma ringan. 
Wanita itu duduk di samping ranjang si lelaki, membelai tangannya dan mengucapkan kata-kata lirih yang menenangkan.
Sungguh baik lelaki itu menjalani beberapa hari terakhir kehidupannya dalam cinta dan penerimaan. 
Dan betapa wanita itu tak akan melupakannya. 
Hembusan napas si lelaki memelan dan mendalam, matanya mengerjap terbuka. 
Dan wanita itu tahu si lelaki masih ada disana. 
Meskipun sekarang ia benar-benar memulai perjalanan panjang
Rasanya seolah-olah pria itu ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi tak ada kata-kata yang terucap dari tubuhnya yang semakin lemah. 
Dan lelaki itu pun pergi.

Wanita itu kadang-kadang masih suka duduk di tembok rendah tersebut
Dan memikirkan laki-laki itu
Bagaimana mereka duduk di sana sebelum lelaki itu pergi.
Dalam waktu yang sedemikian singkat, mereka mengenal satu sama lain. 
Namun, wanita itu tahu ada hadiah dari lelaki itu yang sampai sekarang belum terungkapkan.
Ia berharap dirinya telah memberi lelaki itu semua hal yang bisa diberikannya. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CINTA YANG BERLALU"

Posting Komentar